
Yogyakarta terkenal dengan wisatanya yang beragam. Banyak sekali wisatawan baik lokal maupun mancanegara datang ke Jogja untuk berwisata. Sebut saja Kraton Yogyakarta, Tamansari, Pantai Parangtritis, Malioboro, dan masih banyak lagi destinasi wisata yang menarik wisatawan untuk datang. Masyarakatnya yang ramah menjadi salah satu hal yang menjadikan kota ini ramah dengan pengunjung. Kota ini juga memiliki wisata kuliner yang sangat beragam. Tidak heran jika banyak wisatawan yang menjumpai kuliner-kuliner khas di sini. Memanjakan lidah dan pandangan bagi setiap wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Selain itu, Yogyakarta juga terkenal dengan desa wisatanya. Ada banyak sekali desa wisata di Jogja yang menawarkan wisata dengan kearifan lokalnya. Sebut saja Desa Wisata Gamplong. Desa ini terletak di Gamplong, Kalurahan Sumberrahayu, Kapanewon Moyudan, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta. Desa ini terkenal dengan kerajinan tenunnya. Selain tenun, desa ini juga menawarkan pusat kerajinan yang unik-unik. Desa ini juga menjadi salah satu tempat proses pembuatan film Sultan Agung yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan dibintangi oleh Ario bayu. Tempat ini diberi nama Gamplong Studio Alam. Kita bisa mengunjungi Studio Gamplong hanya dengan membayar sukarela saja, dan kita bisa menikmati suasana jaman dahulu seperti trem, bangunan lawas, dan istana dari Sultan Agung itu sendiri. Salah satu spot foto yang sangat bagus dan wajib dikunjungi. Ketika kita berada di desa ini, kita disuguhi oleh lingkungan alam yang masih asri dan sejuk.

(sumber rumah 123)
Kerajinan-kerajinan yang dihasilkan dapat berupa kerajinan anyaman dari eceng gondok, lidi kelapa, mendong, dan akar wangi. Kerajinan anyaman dapat dibuat menjadi tas, dompet, aksesoris wanita, gorden, dan tikar. Barang-barang tersebut akan dijual dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar. Proses pembuatannya pun masih cukup tradisional. Prosesnya masih dikerjakan dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan menggunakan bahan-bahan alam, sehingga bisa dikatakan sangat ramah lingkungan. Proses inilah yang menarik wisatawan dari luar negeri untuk berkunjung ke Desa Wisata Gamplong. Selain itu, masyarakat setempat juga memfasilitasi homestay bagi para wisatawan yang datang, kuliner khas Jogja, dan guide bagi pengunjung.

(sumber tribun jogja)
Hasil dari kerajinan tenun ini tidak hanya dipasarkan untuk para wisatawan yang berkunjung saja, melainkan keluar negeri. Kualitas yang dihasilkan juga dapat bertahan hingga beberapa tahun, membuatnya unggul sebagai sentra produksi kain tenun. harga yang ditawarkan juga beragam mulai dari yang termurah hingga yang paling mahal tergantung dengan jenis yang dibeli. Mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 700.000, tergantung tingkat kesulitan, bahan, hingga keunikannya. Saat ini penenun di Desa Wisata Gamplong sedikit mulai berkurang karena berusia di atas 50 tahun. Kaum muda di sana kurang tertarik untuk mempelajari tenun. Mereka hanya membantu memasarkannya ke platform media sosial atau internet. Bahkan peminat belajar ini juga datang dari luar Jawa bukan dari daerah Jogja itu sendiri.
